Salah satu sifat orang beriman adalah orang-orang yang sabar dan mengucapkan kalimat ini. Dalam al-Qur’an surah al-Baqarah, Allah SWT berfirman:
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
(yaitu)
orang-orang yang ketika suatu musibah menimpa mereka, mereka mengatakan inna
lillahi wa inna ilaihi roji’un.”
[QS. Al-Baqarah ayat 156]
Tahukah kita? Kalimat Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun disebut pula dengan kalimat Istirja. berikut ini kita ulas dalam keadaan apa kita membaca kalimat Istirja serta hikmah yang terkandung di dalamnya.
A). Dalam Keadaan Apa Kita Membaca Kalimat Istirja?
1. Ketika Musibah
Sebagimana yang telah diuraikan sebelumnya kalimat Istirja dapat digunakan ketika kita menerima musibah atau dalam keadaan yang tidak baik. Seperti ketika ada bencana alam, orang meninggal dunia, maupun musibah lainnya serta keadaan tidak baik.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba tertimpa musibah lalu dia mengucapkan, ‘Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un’ lalu berdo’a, ‘Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik darinya’, melainkan Allah benar-benar memberikan pahala dan memberinya ganti yang lebih baik darinya.” (HR. Muslim).
2. Ketika Menerima Jabatan
Siapa yang tak kenal dengan Umar bin Abdul Aziz. Selain dikenal sebagai khalifah adil dia juga dikenal dengan kezuhudannya. Menurut Anas bin Malik, cara sholat Umar bin Abdul Aziz sama dengan cara shalat Nabi Muhammad SAW. Siapakah Umar Bin Abdul Aziz? Untuk mengetahui kisah selengkapnya Silakan Klik yang ditulis oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pendiidkan dan Kebudayaan.
Menjadi seorang manusia saja dalam Islam sudah memanggul amanah kepemimpinan, terlebih kala seseorang dipercaya untuk memimpin banyak orang. Sehingga, maslahah dan mafsadah yang hadir dalam kehidupan sangat ditentukan oleh pikiran, sikap, dan keberpihakannya terhadap kebenaran dan kesejahteraan rakyat.
Saat itu Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah pada dinasti Bani Umayyah tepat pada hari Jumat, 10 Shafar 99 Hijriyah.
Pemimpin besar itu menangis terisak-isak. Ia memasukkan kepalanya ke dalam dua lututnya dan menangis sesegukan seraya berkata, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’uun.”
Kemudian ia berujar, “Demi Allah, sungguh aku tidak meminta urusan ini sedikitpun, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan.”
Tangisan itu mungkin aneh bagi kebanyakan orang era sekarang. Tetapi itu adalah fakta sejarah dan tentu saja didasari oleh sebuah alasan yang jelas. Sangat mungkin, Umar bin Abdul Aziz menangis karena khawatir akan keadaan dirinya kelak di hari akhir. Sebab, amanah yang diembannya amat berat dan tidak main-main.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidaklah ada seseorang hamba yang Allah beri kepercayaan untuk memimpin, kemudian pada saat matinya dia berada dalam (keadaan) melakukan penipuan terhadap rakyatnya kecuali akan diharamkan atasnya untuk masuk surga.” (HR Bukhari dan Muslim).
B). Apa hikmah membaca kalimat Istirja?
Kita tentu telah sering mendengar kalimat ini. Dalam sebuah tulisannya Zain Alfikry menuliskan beberapa hikmah membaca kalimat istirja diantaranya:
- Salah satu tanda ikhlas.
- Meninggalkan rasa berat di hati.
- Menghindarkan dari sikap emosi yang berlebihan.
- Mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai tulisan innalilahi wa innailaihi rojiun. Semoga bernilai manfaat. Wallahu a’lam bish-shawabi
--------------------------------
Rujukan:
- https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/reformasi-gaya-umar-bin-abdul-azis
- https://romeltea.com/hati-hati-menuliskan-wallahu-alam/
- https://www.hidayatullah.com/artikel/mimbar/read/2019/10/02/171582/innaa-lillaahi-saat-diberi-jabatan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar