Kamis, 29 April 2021

Bekal Menjadi Pelajar Sepanjang Hayat

Info grafis: Bekal Sepanjang Hayat
Karya: Suhud Rois

Belajar sepanjang hayat BUKAN SLOGAN. Perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini membuktikan bahwa itu mutlak dilakukan. Siapa yang tidak mau belajar, dia akan (semakin) tertinggal. Siapa saja, tak pandang bulu.

Semua berubah, semua berkembang. Setiap orang, apa pun profesi, dituntut bergerak mengikuti irama perkembangan zaman. Cara-cara lama mulai ditinggal, teknologi masa lalu adalah usang, pengetahuan baru bermunculan. Semuanya memerlukan tanggapan yang tepat. Kalau saja gagap atau gugup, siap-siap terkubur dalam lipatan sejarah.

Belajar sepanjang hayat tak sekadar slogan. Banyak yang kini tersadarkan. Namun, tidak semuanya paham bagaimana membuat dirinya menjadi pelajar sepanjang hayat. Perlu beberapa sikap mental untuk mencapainya.

Apa saja? Cekidot!

1. Keberanian mengambil risiko

Untuk bisa terus belajar harus punya keberanian keluar dari zona nyaman. Memang, risiko pasti ada. Namun, kita tidak akan mendapat apa-apa kalau tidak berusaha meraihnya.

Kalau tidak juga berani keluar dari zona nyaman, cukup satu hal yang diingat: zona nyaman tidak selamanya nyaman. Suatu saat ia akan menendang siapa saja yang tidak mau keluar darinya.

2. Refleksi diri

Pengalaman memberikan catatan kesuksesan dan kegagalan. Siapa yang tidak jujur kepada diri sendiri, terkait kesuksesan dan kegagalannya, sulit untuk melakukan refleksi. Padahal, pengalaman yang tidak disertai refleksi tidak pernah menjadi pelajaran, apalagi guru terbaik

Bukan pengalaman yang membuat seseorang belajar. Melakukan refleksi atas pengalaman tersebutlah yang menjadinya sebuah pelajaran.

3. Selalu minta opini

Pelajar sepanjang hayat senantiasa aktif mengumpulkan informasi dan ide dari orang lain. Bukan karena dia tidak punya ide. Justru karena ingin mempelajari ide orang lain untuk mengembangkan idenya sendiri.

Pelajar sepanjang hayat tak segan menerima masukan. Dia sangat terbuka saat mendapat umpan balik. Tidak nyolot waktu dikritik.

4. Pendengar yang baik

Banyak mendengar memungkinkan kita menyerap banyak informasi baru. Dengan demikian wawasan bertambah luas. Selain itu, mendengarkan dengan aktif melatih kita berpikir kritis serta melatih berkonsentrasi.

5. Keterbukaan terhadap ide baru

Merasa sudah berpengalaman akan mereduksi kebutuhan untuk terus belajar. Orang seperti ini cenderung apatis terhadap hal-hal baru.

Berbeda dengan orang yang berpikiran terbuka. Mereka toleran terhadap pendapat orang lain. Mereka mempertimbangkan sudut pandang lain saat melihat sesuatu hal.

Berpikiran terbuka bukan berarti selalu membenarkan pendapat orang lain atau sesuatu yang baru, tetapi menghargai dan menjadikaannya sebagai salah satu pertimbangan sebelum membuat sebuah keputusan (sikap).

Selamat belajar sepanjang Hayat.... Salam Guru Belajar... Berdikari!!! ❤️🇮🇩

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber: Bapak Suhud Rois, (tulisan ini telah memperoleh Ijin Publikasi pd tanggal 30 April 2021, oleh beliau)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar