Senin, 28 Maret 2022

Pertanyaan Pemantik

Dulu, ketika masih bersekolah, jarang sekali saya mendapat pertanyaan pemantik. Yang ada adalah pertanyaan-pertanyaan konfirmatif yang bersifat hafalan. Dalam konteks untuk mengecek penguasaan konten, pertanyaan sejenis itu tidak menjadi masalah. Namun, kalau berbicara tentang kompetensi, apalagi dihubungankan dengan membangun pembelajaran bermakna, seperti ada sesuatu yang tidak beres.

Ketika kita sepakat bahwa belajar bukan sekadar menguasai konten; bahwa murid menjadi pusat pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator untuk membangun kompetensi; bahwa belajar tidak melulu tentang hasil, tetapi juga harus kuat dan benar prosesnya; maka perlu usaha yang berpihak (mengarah) pada hal-hal tersebut.

Guru sebagai fasilitator, ini berarti tanggung jawab untuk belajar ada di murid. Guru menyiapkan kegiatan dan atmosfer yang memungkinkan murid mau dan mampu belajar. Murid berupaya membangun kompetensi, bukan disuapi.
Nah, agar kondisi tersebut terwujud, murid perlu bantuan. Murid butuh merasa nyaman dangan yakin bahwa proses yang dia jalani sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Murid perlu panduan agar berada dalam lintasan yang tepat. Guru bisa membantu murid dengan memberi pertanyaan yang memantik berpikir, menilai, dan melakukan refleksi terhadap aktivitasnya.
Pertanyaan seperti apa yang bisa guru ajukan untuk membantu muridnya mencapai level belajar lebih tinggi?
1. Apa yang kamu pikirkan?
Ini bukan sekadar pertanyaan yang jawabannya berupa hafalan. Ketika mendapatkan pertanyaan seperti ini, murid didorong untuk memahami, mampu membuat analisis atau sintesis, menyimpulkan, dan menyampaikannya. Oh, ya. Pertanyaan ini terkait dengan materi (fakta, hukum, definis, dll.) yang sedang dipelajari, ya. Bukan apa saja yang dipikirkan murid di luar materi.
2. Mengapa kamu berpikir seperti itu?
Ini pertanyaan lanjutan dan bersifat reflektif. Selain memberi argumentasi atas jawaban pertanyaan pertama, murid juga diarahkan untuk menilainya dan menimbangkan jawaban lain. Selain itu, mengajak murid untuk selalu menyampaikan atau melakukan sesuatu dengan adaada landasannya.
3. Bagaimana kamu mengetahuinya?
Dengan pertanyaan ini, guru mengajak murid meninjau ulang alur bekerja dan berpikir: bagaimana mendapatkan informasi, sumber yang digunakan, cara mengambil kesimpulan, dan lain-lain. ini juga bisa memandu murid melakukan langkah yang tepat.
4. Apa hal lain yang akan kamu sampaikan?
Bisa jadi, murid menemukan sesuatu yang tidak tersampaikan sebelumnya. Inilah kesempatan baginya untuk menunjukkan seberapa jauh dan seberapa dalam dia menguasai materi yang sedang dipelajari. Ketika guru sering mengajukan pertanyaan seperti ini, murid terstimulasi untuk tidak puas dengan apa yang sudah diketahuinya. Murid tergerak untuk terus belajar.
5. Apa yang ingin kamu tanyakan tentang (materi) ini?
Setelah murid memahami materi yang dipelajari, pertanyaan seperti ini merupakan pendorong supaya murid mengembangkan rasa ingin tahunya. Murid diarahkan untuk mencari dan menemukan hal-hal lain terkait dengan materi yang sudah dipelajari.

Dalam belajar, pertanyaan adalah kayu bakar yang membuat api unggun terus menyala. Pertanyaan yang diajukan guru menentukan apakah proses belajar akan berlanjut atau berhenti saat itu juga.

❤ Mari terus Belajar - Bergerak - Bermanfaat, Berbagi dan Tumbuh Bersama ❤

-------------
Referensi dan Sumber: Suhud Rois, Video: Sain Widianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar