Sabtu, 21 Mei 2022

Wisuda : "Bukan Penggembira"

Saya menghadiri wisuda anak saya yang lulus SMP tahun ini, di SMP IT Darul Abidin Depok. Menarik, karena tidak seperti seremoni wisuda yang lain yang pernah saya hadiri, saat masing-masing wisudawan/wati dipanggil ke podium tidak disebut embel-embel nilai akademik yang mereka raih melainkan nilai plus apa yang menonjol pada anak tersebut. Karena semua anak memiliki kekhasan maka alhasil wisuda ini menjadi milik semua yang hadir. 

Foto : Hasto Harsono

Sebagai contoh, begini announcer memperkenalkan wisudawan (sementara wisudawan berjalan menghampiri podium dan disalami): 

"Fulan, the friendly friend, yang murah senyum dan pandai bergaul, membuat suasana kelas ceria. Anak pertama dari 4 bersaudara ini hobby menulis, yang dituangkan dalam kegiatan menulis buku bersama writing club sekolah. Telah menyelesaikam hafalan 63 surat dari jus 30-27. Ate, panggilannya punya cita-cita menjadi dokter anak, semoga tercapai cita-citanya..."

Begitulah, ada si smart, si sporty dan sebagainya. Tak ada wisudawan atau orang tua siswa yang merasa kehadirannya hanya sebatas hadir, karena semuanya istimewa. Dan ini tidak dibuat-buat.

Penyebutan setiap siswa secara personal menunjukkan pengenalan para pendidik yang mendalam terhadap anak didiknya. Konsep multiple intelligence benar-benar diterapkan dalam menjaga, menumbuhkan dan mengapresiasi keunggulan unik setiap siswa.

Acara wisuda yang panjang ini seharusnya membosankan, ternyata tidak! Seperti menyimak parade bintang, berkali-kali hati dibuat takjub. Berkali-kali mata ini membasah, menyaksikan betapa anak-anak ini memang seperti mutiara. Membutuhkan ilmu dan kesabaran untuk mengenal potensinya, memoles dengan telaten hingga muncul benar kilaunya.

-------------

18 Mei 2019, Ditulis Oleh: Hasto Harsono


đź’—Mari Berbagi dan Tumbuh Bersamađź’—
Bergerak Bermanfaat 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar