Kriterianya satu: berminat menerapkan kurikulum prototipe untuk memperbaiki pembelajaran.
Kemendikbudristek akan menyiapkan materi yang menjelaskan konsep kurikulum prototipe. Kepala sekolah/madrasah yang ingin menerapkan akan diminta untuk mempelajari materi tersebut. Jika setelah mempelajari materi tersebut sekolah memutuskan untuk mencoba, mereka akan diminta mengisi formulir pendaftaran dan sebuah survei singkat.
Jadi prosesnya adalah pendaftaran dan pendataan. Bukan seleksi.
Kami percaya bahwa keberhasilan penerapan kurikulum tergantung pada kesediaan kepala sekolah/madrasah dan guru untuk memahami dan mengadaptasi kurikulum di konteks masing-masing. Dengan demikian, kurikulum prototipe dapat diterapkan di semua sekolah/madrasah. Bukan hanya di sekolah/madrasah yang punya fasilitas bagus atau yang berada di kota saja.
Tapi bukankah tingkat kesiapan sekolah/madrasah berbeda-beda? Betul. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada kesenjangan dalam mutu sekolah/madrasah kita. Karena itu kami menyiapkan skema tingkat penerapan kurikulum, berdasarkan hasil survei yang diisi sekolah ketika mendaftar.
Dalam skema tersebut, sekolah yang sudah terbiasa mengadaptasi materi dan kerangka kurikulum akan disarankan untuk mengadopsi kurikulum prototipe secara penuh. Sekolah seperti ini sebenarnya sudah menerapkan substansi dari pembelajaran yang ingin didorong melalui kurikulum prototipe. Sekarang mereka diberi penguatan dan rekognisi formal.
Sekolah yang belum terbiasa akan disarankan mencoba menerapkan secara parsial. Di tahun pertama, mereka masih menggunakan Kurikulum 2013, namun sambil mempelajari dan menerapkan beberapa komponen dari kurikulum prototipe. Misalnya, menggunakan buku teks baru untuk mapel tertentu, menggunakan asesmen diagnostik untuk literasi dan numerasi, atau pembelajaran berbasis projek untuk tema-tema tertentu.
Sekali lagi, tidak ada seleksi dalam proses pendaftaran ini. Jika ada berita di media yang menyatakan Kemendikbudristek melakukan seleksi, itu keliru ya. Yang kami lakukan adalah melakukan pemetaan tingkat kesiapan dan menyiapkan bantuan yang sesuai kebutuhan.
- DI MANA SAYA BISA MENDAPAT INFO LEBIH LANJUT TENTANG KURIKULUM PROTOTIPE?
Saat ini informasi tentang kurikulum prototipe masih termuat dalam keputusan menteri tentang Program Sekolah Penggerak (SP) dan Program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK). Naskah akademik dan panduan-panduan yang disusun pun juga masih dibungkus sebagai dokumen SP dan SMK PK. Dokumen-dokumen tersebut dapat diakses di laman berikut:
Buku-buku teks kurikulum prototipe juga masih disebut sebagai buku teks Sekolah Penggerak. Meski demikian, buku untuk PAUD, kelas 1, 4, 7 dan 10 sebenarnya sudah bisa diakses di laman Sistem Informasi Buku Indonesia (SIBI) berikut:
Buku teks penting untuk dicermati karena seringkali menjadi kurikulum de facto. Silakan eksplorasi dan beri masukan untuk buku-buku yang telah tersedia.
Mengapa informasi tentang kurikulum ditampilkan dalam dokumen-dokumen Program SP dan SMK PK? Ya karena pada tahun ajaran 2021/2022 kurikulum prototipe baru diterapkan di sekolah di kedua program tersebut. Kurikulum prototipe adalah nama (sementara) dari kurikulum yang sedang diterapkan di SP dan SMK PK.
Dalam waktu dekat, akan ada peluncuran resmi untuk menawarkan kurikulum ini kepada sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia. Tentu saja dengan penyesuaian terhadap perangkat regulasi dan materi-materi tambahan tentang kurikulum ini. Pendaftaran akan segera dilakukan setelah itu, sehingga sekolah punya waktu beberapa bulan untuk melakukan persiapan.
Untuk rincian jadwal dan mekanisme pendaftaran, nantikan setelah peluncuran!
- MENGAPA PERLU ADA KURIKULUM PROTOTIPE?
Kita mengalami krisis belajar (learning crisis) sejak cukup lama. Studi-studi nasional maupun internasional menunjukkan bahwa banyak siswa kita yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Studi-studi tersebut juga menunjukkan bahwa ada kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Setelah pandemi, krisis belajar ini menjadi semakin parah.
Untuk mengatasi krisis belajar kita perlu perubahan yang sistemik. Kualitas guru dan kepala sekolah tentu menjadi faktor kunci. Tapi kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh kurikulum yang digunakan. Kurikulum menentukan materi yang diajarkan di kelas. Kurikulum juga mempengaruhi kecepatan dan metode mengajar yang digunakan guru.
Betul bahwa guru yang hebat akan bisa menerapkan pembelajaran yang baik, apa pun kurikulumnya. Tapi kurikulum yang baik bisa mendorong sebagian besar guru untuk berfokus pada tumbuh kembang karakter dan kompetensi murid. Kurikulum yang baik tidak memaksa guru untuk “kejar tayang materi”, melainkan mendorong guru untuk lebih memperhatikan kemajuan belajar muridnya.
Untuk itulah Kemendikbudristek mengembangkan kurikulum prototipe: sebagai bagian penting upaya memulihkan pembelajaran dari krisis yang sudah lama kita alami.
- KARAKTERISTIK KURIKULUM PROTOTIPE
Kemarin saya diwawancara untuk edisi khusus Media Indonesia tentang kurikulum dan pembelajaran. Salah satu pertanyaannya tentang kelebihan kurikulum prototipe. Saya jawab bahwa kelebihannya adalah keseriusan dalam mewujudkan beberapa prinsip mendasar yang menjadi benang merah desain kurikulum nasional sejak dua puluh tahun silam. Apa saja prinsip tersebut? Paling tidak ada tiga:
1. Berbasis kompetensi, bukan konten. Artinya, kurikulum disusun berdasarkan kompetensi yang ingin ditumbuhkan pada siswa. Yang penting bukan keluasan materi atau seberapa banyak materi yang diajarkan oleh guru, melainkan apa yang bisa dilakukan siswa dengan materi tersebut. Yang penting adalah pemahaman atas materi dan kemampuan menerapkan, mengevaluasi dan bahkan merumuskan pengetahuan itu sendiri.
Dalam kurikulum prototipe, prinsip ini diterjemahkan secara lebih serius dengan berfokus pada materi yang esensial. Harapannya guru tidak terbebani hanya "kejar tayang" menyelesaikan materi, tapi punya waktu memandu diskusi dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif.
2. Orientasi yang holistik. Bahwa pendidikan harus menumbuhkembangkan siswa secara utuh. Bukan hanya kemampuan akademiknya, tapi juga kompetensi dan karakternya.
Kurikulum prototipe memberi porsi waktu khusus bagi pembelajaran berbasis projek. Ini pembelajaran yang lintas mata pelajaran dan memandu siswa untuk berkolaborasi, menciptakan karya atau menyelesaikan problem yang relevan bagi kehidupan mereka. Contoh sederhananya adalah kolaborasi membuat karya seni, merancang pentas budaya atau pentas olah raga, meneliti masalah sampah di lingkungan sekitar.
3. Ruang bagi kontekstualisasi di tingkat satuan pendidikan. Kontekstualisasi artinya penyesuaian kurikulum dengan visi-misi sekolah dan juga kebutuhan belajar siswanya. Ini hanya bisa terjadi jika struktur dan materi wajib yang dari pemerintah pusat memberi ruang untuk melakukan inovasi.
Ini difasilitasi secara lebih serius dalam kurikulum prototipe. Jam pelajaran tidak lagi diikat per minggu, melainkan per tahun. Ini memungkinkan sekolah untuk merancang kurikulum secara lebih fleksibel. Selain itu, capaian belajar juga tidak "ditagih" setiap tahun, melainkan setiap fase (2-3 tahun). Hal ini memungkinkan variasi kecepatan dan sekuens pembelajaran antar sekolah. Hal ini juga diharap mendorong guru untuk mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Jadi kelebihan kurikulum prototipe adalah ia memperkuat prinsip-prinsip dasar yang sudah menjadi bagian dari kurikulum sebelumnya, terutama pada pengembangan kompetensi dan karakter siswa, serta fleksibilitas yang mendorong inovasi di tingkat satuan pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar