Catatan Ibu Ade Kumalasari (8 Juni 2019) tentang pengalaman anak-anak bersekolah SD di Jerman. Belajar lebih baik, bukan lebih banyak. Belajar berpikir dengan konsep, bukan menghafalkannya. Belajar untuk menjadi bermanfaat, bukan sekedar untuk lulus ujian dan meraih ranking. Pesan ini disampikan oleh Mas Nino_Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan. Yuk simak!!
Contoh lembar Tes dan Hasil Ulangan Matematika SD di Jerman Doc: Ade Kumalasari |
MATHE ARBEIT
Kemarin Lil A pulang sekolah membawa hasil Mathe Arbeit, alias ulangan kelas matematika. Ini Mathe Arbeit yang ke-6. Satu tahun ajaran cuma ada 6 kali ulangan kelas. Lil A baru ikut 3 kali karena dia baru saja masuk kelas reguler (kelas 4) sejak semester ini.
Sebelumnya, karena belum bisa bahasa Jerman, Lil A masuk kelas IK (Intensiv Klasse) selama satu setengah semester.
Sekolah dasar (Grundschule) di Jerman cuma sampai kelas 4, kecuali di Berlin yang sampai kelas 6. Mulai kelas 5, anak-anak sudah dimasukkan ke sekolah menengah. Meski kelas terakhir di SD, sama sekali tidak ada ujian akhir tahun. Hanya ada ulangan biasa untuk mapel Matematika dan Bahasa Jerman. Penentuan sekolah selanjutnya berdasarkan rekomendasi guru dari pengamatan terhadap anak sehari-hari. Di awal semester ini, Lil A sudah mendapatkan rekomendasi untuk melanjutkan ke jalur sekolah menengah Gymnasium, meski dia belum pernah ikut arbeit (ulangan) di kelas reguler sebelumnya. Setiap anak lulusan Grundschule dijamin mendapat tempat di sekolah menengah.
Kalau melihat materi pelajaran matematikanya, sepertinya sangat sederhana. Materi kelas 4 SD yang ada di ulangan ini adalah geometri dasar. Kemungkinan sama atau malah lebih 'rendah' daripada materi kelas 4 di Indonesia ya.
Aku tanyakan ke anaknya, "Gimana Mathe-nya? Apa kamu merasa bisa menguasai materinya?" Lil A menjawab, "Yes, I feel that I can understand better here." (ya, saya merasa saya mempelajarinya lebih baik di sini)
Hal yang sama juga dirasakan oleh Big A (kelas 10). Dia merasa bisa belajar dengan lebih baik di sini karena tujuan belajar jelas, dan bisa belajar dengan lebih mendalam sampai benar-benar mengerti. In her own words, "In Indonesia we learn so many things but only on the surface. Here we can learn in depth. We have plenty of time to really understand the material." (dengan kata-katanya sendiri, "Di Indonesia kita belajar banyak hal tetapi hanya di permukaan. Di sini kita bisa belajar secara mendalam. Kita punya banyak waktu untuk benar-benar memahami materinya.")
Catet ya, bisa belajar lebih baik, bukan lebih banyak.
Sebagai emak-emak, aku berharap pendidikan di Indonesia tidak lagi mementingkan banyak-banyakan materi atau tinggi-tinggian standar, tapi nyatanya banyak anak-anak yang kapiran, tidak paham apa yang harus dipelajari.
--------------
Kisah nyata Ibu Ade ini jika kita tinjau dari sudut pendidik mari kita renungkan dan ambil sisi positifnya. Selamat Belajar. Salam Guru Berdikari. Maju Bersma Mencerdaskan Indonesia. Salam...
Monggo kalau Mao studi kesekolahan tempat saya mengajar...sekolah alam
BalasHapusWah...👍👍. Semoga ada cela waktu dan kesempatan yaaa...semoga pandemi segera berakhir. Lokasi sekolahnya ada di mana?
Hapus